MATERI PERWATA JUNI 2021

Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

SafelinkU | Shorten your link and earn money

MATERI PERWATA JUNI 2021

 

MATERI PERWATA KLASIS GPI PAPUA MIMIKA

MINGGU I JUNI 2021

 

Tema       : Allah Mengubah Badai Jadi Berkat

SubTema  : Yesuspun Ada Diburitan

Bacaan     : Matius 9:18-23

Metode    : Renungan

 

Persekutuan  Wanita Yang diberkati Tuhan !

Tidak terasa kita sudah berada dibulan Juni, 6 bulan dari 12 bulan dalam tahun ini, itu berarti kita sudah berada dipertengahan tahun ini. Ibarat sebuah kapal yang sedang berlayar ditengah lautan yang luas, kita sudah dipertengahan pelayaran kita.Tentu banyak hal yang telah kita lalui, laut yang teduh, gelombang-gelombang kecil bahkan kadang pula ombak besar dan angin taufan datang mengamuk menggoncangkan perahu kehidupan kita. Tetapi puji Tuhan, jika kita masih ada sampai saat ini, itu karena cinta kasih dan kemurahan Tuhan yang setia menuntun kita. Saat badai mengamuk dan perahu kita terombang ambing, saat itu kita perlu kompas untuk menentukan arah tujuan kita sehingga kita tidak balik arah atau salah jalan. Dan lewat pembacaan kita disaat ini, ada dua hal yang perlu kita perhatikan bersama yaitu:

1.     Pernyataan Iman.

Kita membaca peristiwa ketika seorang pemimpin rumah ibadat datang kepada Tuhan Yesus, dia meminta Tuhan Yesus datang kerumahnya karena anak perempuannya meninggal. Dia berkata kepada Tuhan Yesus, anakku perempuan baru saja meninggal, tetapi datanglah dan letakkanlah tanganMu atasnya maka ia akan hidup. Dan...... puji Tuhan, Tuhan Yesus mau mengabulkan permintaan kepala rumah ibadat itu. Menurut ibu-ibu, apakah sikap dan permohonan kepala rumah ibadat itu dapat digolongkan sebagai suatu doa? Dia mempunyai persoalan yang sangat besar. Anak perempuannya sakit kemudian meninggal. Dia menginginkan anaknya hidup. Dia percaya bahwa Tuhan Yesus mempunyai kuasa untuk membangkitkan anaknya. Dia pergi mencari dan memanggil Tuhan Yesus. Ketika bertemu dengan Tuhan Yesus, kepala rumah ibadat itu tidak berkata “Tolong bangkitkan anakku” tetapi “Letakanlah tanganmu atasnya maka ia akan hidup”. Perkataan ini menyatakan keyakinannya bahwa Tuhan Yesus punya kuasa yang luar biasa. Kuasa Tuhan Yesus tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Yesus bisa saja berkata kepada kepala rumah ibadat itu, pulanglah anakmu sudah hidup kembali. Tetapi tadi kepala rumah ibadat itu memohon "Datanglah dan letakkanlah tangan-Mu atasnya... ia mengundang Yesus datang kerumahnya, itu berarti ia meminta Yesus masuk dalam persoalan yang sedang di alaminya.

 

Persekutuan  Wanita Yang diberkati Tuhan !

Doa seperti itu jarang kita lakukan. Seringkali ketika kita berada dalam masalah hidup, kita berdoa minta Tuhan membawa kita keluar dari persoalan yang sedang kita alami. Kita minta Tuhan menolong melepaskan dari sakit penyakit yang sedang diderita oleh kita atau anggota keluarga kita. Dan banyak persoalan lain yang diperhadapkan pada kita, lalu kita berdoa meminta Tuhan membawa kita keluar dari persoalan yang kita hadapi. Tidak ada yang salah dengan permohonan seperti itu. Tetapi permohonan itu terkesan memerintah Tuhan. Jika kita tau bahwa kita butuh Tuhan, maka kita harus datang dengan kerendahan hati, memohon kepada Tuhan agar Tuhan berkenan datang dalam masalah yang kita hadapi serta menolong kita keluar dari masalah tersebut. Itulah yang dilakukan pemimpin rumah ibadat tersebut. Dia datang menyembah Yesus dan mengundang Yesus datang kerumahnya, kedalam persoalan yang sedang dia hadapi.

 

2.    Tindakan Iman.

Dalam ayat 21 bacaan kita tadi ada seorang perempuan yang menderita sakit perdarahan 12 tahun lamanya. Bayangkan betapa menderitanya perempuan tersebut. Hal yang menarik disini kita dapat melihat pernyataan iman dari perempuan tersebut “asal kujamah saja jubah-Nya aku akan sembuh”. Iman tentunya memiliki daya untung mendatangkan rahmat Tuhan. Inilah mengapa Yesus mengatakan “Teguhkanlah hatimu hai anak-Ku” keteguhan hati merupakan satu sikap percaya yang mengungkapkan bahwa kita memberikan seluruh keyakinan kita pada kemahakuasaan Tuhan. Kita menggantungkan seluruh kecemasan kita pada Tuhan yang sanggup menolong.

Persekutuan  Wanita Yang diberkati Tuhan !

menarik untuk diperhatikan dalam bagian firman Tuhan ini bahwa, Tuhan Yesus tidak memberi diri secara langsung untuk masuk dalam masalah yang dihadapi kepala rumah ibadat dan perempuan yang 12 tahun menderita pendarahan. Tetapi kepala rumah ibadat dan perempuan itu sendiri datang kepada Yesus, menjumpai dan menyapa Yesus secara langsung maupun tersembunyi. Iman kepada Yesus mendorong mereka untuk berjumpa dan menyapa Yesus, dan iman mereka membuahkan hasil yang baik. Dengan mengacu pada tema: “Allah mengubah badai menjadi berkat” dan sub tema: “Yesuspun ada dalam buritan”, maka kita harus menyadari bahwa, sebanyak apapun masalah yang kita alami, seberat apapun masalah yang kita hadapi, kita harus datang pada Yesus, meminta atau mengundangNya menemukan dan menyelesaikan masalah yang kita hadapi. Dia punya kuasa dan sanggup menyelamatkan. Firman Tuhan dalam Amsal 18:10 berkata, “nama Tuhan adalah menara yang kuat, kesanalah orang percaya berlari dan ia menjadi selamat”.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

MATERI PERWATA  KLASIS GPI PAPUA MIMIKA

MINGGU II JUNI 2021

 

Tema           :  Allah Mengubah Badai Menjadi Berkat

Sub Tema     : Yesus Pun ada di Buritan

Bacaan         : Markus 7 : 24 - 30

Metode        : Renungan

 

Persekutuan  Wanita Yang diberkati Tuhan !

Allah menempatkan kita di dunia untuk kita berjumpa dengan orang lain. Dalam perjumpaan dengan orang lain, kasih itu menjadi dasar utama untuk berjumpa dengan orang yang berbeda suku, budaya dan status sosial. Terkait dengan itu semua, maka dalam teks bacaan Markus 7 : 24 – 30, penulis menggambarkan bahwa Yesus berjumpa dengan perempuan  Siro – Fenisia....yang bukan berasal dari keturunan Israel. Sikap Perempuan yang ditampilkan dalam teks ialah : tersungkur di depan kaki Yesus, dan memohon Yesus menyembuhkan anaknya yang sakit. Perjumpaan dan percakapan Yesus dengan perempuan Siro Fenisia ini adalah sebuah kisah yang menarik, di mana perempuan ini berjumpa dengan Yesus, dan memiliki harapan, agar Yesus bisa menyembuhkan anaknya yang kerasukan roh jahat. Mengapa perempuan ini mencari Yesus, sebab ia telah mendengar tentang Yesus.

Persekutuan Ibu-ibu yang terkasih !

Yesus menerima dan bercakap-cakap dengan perempuan siro Fenisia, sekalipun perempuan ini bukan berasal dari keturunan Isarel. Sikap Yesus ini menggambarkan bahwa Yesus bisa berjumpa dengan orang lain dalam lintas suku, budaya yang berebda,Ia datang untuk semua orang tanpa melihat batas-batas sosial yang ada.

Yesus katakan : biarkan anak-anak itu kenyang lebih dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak, dan melemparkan kepada anjing. Dan Perempuan itu pun meresponi dengan memberi pernyataan bahwa, anjing yang di bawa meja pun makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak (ayat 27- 28). Dan pernyataan Yesus jelas kepada perempuan Siro  Fenisia, bahwa pulanglah, sebab anaknya telah sembuh. Menarik ibu-ibu, bahwa karena perempuan Siro Fenisia ini percaya ketika ia berjumpa dengan Yesus, ia yakin anaknya pasti sembuh dari sakit kerasukan roh jahat.

Persekutuan ibu-ibu yang terkasih !

Penulis Markus ingin menjelaskan bahwa ketika kita memiliki iman tidak peduli kita dari bangsa mana (identitas kita), sama hainya dengan perempuan Siro Fenisia sekalipuan bukan keturuanan Israel, tetapi ia  meresponi imannya  dengan tindakan-tindakan nyata yang dilakukan, yang pastinya iman itu di sertai dengan pemahaman yang benar dan dengan kerendahan hati kita menerima hal tersebut maka apapun penderitaan kita di situ buah dari iman di hasilkan yaitu kesembuhan, tetapi harus di ingat  semuanya itu adalah anugerah dari Allah.

Perjumpaan Yesus dengan perempuan Siro Fenisia, memberikan nilai positif, yakni terjadi perubahan pada perempuan Siro Fenisia, yakni walaupun ia bukan dari keturunan Israel, tetapi ia percaya kepada Yesus dan anaknya pun diselamatkan.

Dari cerita ini, maka nilai penting yang dapat kita ambil bahwa, Yesus datang untuk semua orang. Keselamatan Yesus bersifat universal (umum) Ia datang tidak terbatas pada status sosial, tetapi bagi siapa yang percaya dan melakukan kehendakNya, akan diselamatkan. Apalagi dalam perjalanan hidup kita sebagai kaum perempuan gereja, terkadang banyak persoalan yang kita hadapi, tetapi ketika kita tetap bertekun, berserah, bersabar dan percaya, maka Yesus akan mengubah badai menjadi berkat, dan kita yakin di setiap hidup kita, janjiNya selalu setia kepada kita semua. Firman Tuhan saat ini, kiranya menguatkan kita untuk terus melangkah bersama Yesus, sebagaimana perempuan Siro Fenisia yang percaya, maka kita pun harus percaya, Yesus selalu menyertai kita, amin.

 

 

 

 

 

MATERI PERWATA  KLASIS GPI PAPUA MIMIKA

MINGGU III JUNI 2021

 

Tema           :  Allah Mengubah Badai Menjadi Berkat

Sub Tema     : Yesus Jurumudi Agung

Bacaan         : Yohanes 8 : 1 - 11

Metode        : Diskusi

 

I. Pengantar

   Berbicara jujur tentang “ perempuan “ bisa menggembirakan namun bisa juga menyakitkan. Namun cobalah kita melihat lagi siapakah perempuan yang sesungguhnya mana kala ia berada di tengah keluarga, gereja dan masyarakat, bahkan ketika ia berada dalam sebuah situasi yang tidak bersahabat dengannya. Pikirkanlah tentang streotip/slogan atau pandangan yang harus ditanggung kaum perempuan di sepanjang sejarah, misalnya makhluk yang lemah, penakut, tidak percaya diri, makhluk kelas dua dan lain sebagainya. Namun justru Yesus ingin memberikan sebuah pemahaman yang baru bahwa, di dalam diri seorang perempuan ada suatu “ kekuatan “ yang telah dianugerahkan kepadanya untuk tetap berjuang, bertahan, dan memulai suatu kehidupan yang terus diberdayakan. Terkaitkan dengan tema dan sub tema, dalam keadaan apa pun, Yesus tetap menjadi juru mudi yang agung bagi kaum perempuan gereja. Hal ini menarik dan dapat kita lihat dalam teks bacaan Yohanes 8 : 1 - 11, yakni terobosan Yesus sebagai Juru Mudi Agung yang menghidupkan.

II.  Telaah Teks

A.   Latar Belakang Kejadian

       Ada dua kelompok/golongan dalam masyarakat Yahudi yang membenci kehadiran “ Yesus “ dan ajaranNya, yakni tokoh-tokoh agama Yahudi (orang-orang Farisi) yang merasa Yesus menjadi pesaing dan mengancam kedudukan  mereka di mata masyarakat, dan juga mengaanggap yang diajarkan Yesus ajaran sempalan yang menyesatkan. Kelompok/golongan yang kedua adalah  para penguasa (pemimpin politik, yang menganggap ajaran Yesus bertentangan dengan ajaran agama resmi dan seringkali terkesan menentang tradisi masyarakat yang sudah mapan, sehingga Yesus dianggap dapat menggoyahkan keadaan masyarakat (instabilitas politik, sosial dan keamanan). Yesus dianggap atau dicap/distigma sebagai anti-kemapanan.

 

B.    Makna Teks

Ø  Teks menggambarkan bahwa Yesus pergi menuju bukit Zaitun, dan Yesus menuju Bait Allah, dan Yesus mengajar, dan seluruh rakyat datang untuk mendengarkanNya. Hal menarik dari teks ini adalah Yesus menjadikan Bait Allah sebagai tempat yang kudus, pusat keagamaan Yahudi, dimana ajaran-ajaran agama diberikan dalam membangun kehidupan religius/keimanan dan pembentukan pribadi umat pilihan Allah.

Ø  Teks memperlihatkan bahwa, seorang perempuan yang terdapat berzinah, dibawa ke hadapan Yesus oleh orang-orang Farisi (suatu golongan para rabi Yahudi) yang berpegang pada hukum Taurat dan adat istiadat nenek moyang (Matius  15 :2) . Teks ini manarik, sebab orang-orang Farisi meminta agar Yesus mau “ mengadili perempuan “ (catatan : yang ditangkap hanya pihak perempuan, sementara laki-laki teman atau partnernya dipandang tidak bersalah. Dapat dimakulmi ini terjkadi dalam masyarakat yang diskriminatif, karena persoalan jenis kelamin laki-laki yang dipahami posisinya kuat, benar, atau istilah gender). Sebenarnya, jika kita mengkaji lebih dalam lagi teks ini, maka ini merupakan tindakan atau strategi para ahli Taurat dan orang farisi untuk menjebak Yesus, menangkap dan membunuhNya.

Ø  Ayat 6a dalam teks ini sangatlah jelas, mereka ingin mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu (yang legal/sah) untuk menyalahkan Yesus.

Ø  Teks ini menggambarkan bahwa Yesus berada dalam posisi dilematis. Menurut Hukum Taurat (Im. 20:10;Ul. 22 : 34) perempuan yang berzinah harus dirajam sampai mati sebagai hukumannya. Sementara kalau Yesus menyatakan bahwa perempuan itu dibebaskan, maka Yesus dianggap sebagai pelanggar hukum Taurat dan ada alasan sah untuk menangkap Yesus.  Tetapi sebaliknya jika Yesus menyuruh untuk tetap menghukum perempuan itu sesuai dengan ketentuan hukum Taurat yang berlaku, maka ini bertentangan dengan hati nurani Yesus sendiri, sebagaimana yang Yesus tunjukkan selama ini, bahwa Yesus memiliki kepekaan, kepedulian dalam pelayananNya selama ini. Yesus sangat menghargai sebuah “ kehidupan “. Ia tidak mau mengorbankan kehidupan atas nama hukum, sementara hukum dibuat untuk mengatur kehidupan (bdk. Pertentangan tentang hari Sabat dalam Matius 12 : 1 – 8; lukas 6 : 1- 5; Markus 2 : 23 – 28).

Ø  Teks Yohanes 8 :6b-11, sikap Yesus sangat bijaksana, bahkan di luar dugaan mereka, sehingga mereka tidak mendapatkan korban meskipun perangkap jerat sudah dibuat dengan strategi yang rapih dan terencana. Yesus membungkuk dan menulis di tanah dengan jariNya, Ia bertindak sesuai dengan hati nuraniNya dan menulis “ dan Ia pun berdiri dan berkata “ Barang siapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama kali melempar batu kepada perempuan itu “. 

Ø  Yesus tidak terjebak dalam perangkap yang telah direncanakan. Orang-orang farisi dan ahli taurat justru merasa terhakimi sendiri dengan sikap Yesus. Mereka tidak dapat berbuat sesuatu dan tidak berkomentar terhadap sikap Yesus, karena mata Yesus mampu melihat apa yang ada di lubuk hati orang farisi : kesombongan, kemunafikan, kekejaman,  merasa diri paling benar, menstigma/mencap jelek orang lain, dan lain sebagainya.

Ø  Sikap Yesus sebagai juru mudi yang agung, justru memiliki kepekaan dan kepedulian.  Yesus melihat dan memandang ada sebuah tindakan yang dapat diperbaiki. Ia telah memindahkan persoalan dari aspek hukum yang mematikan dan membawanya kepada nilai moral yang sangat berarti bagi kehidupan. Pertobatan dan pengampunan yang membawa hidup lebih ditekankan dari pada suatu “penghakiman, penghukuman, stigma, diskriminasi yang membawa kematian“. Yesus katakan kepada perempuan itu “Jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang “. Yesus menghargai sebuah nilai “kehidupan“. Bagi Yesus walaupun Ia tahu perempuan itu telah ada dalam suatu kesalahan, namun ia perlu ditolong, didampingi untuk menghargai hidupnya dengan cara “ tidak berbuat dosa “ bukan seperti tindakan orang Farisi, yang melihat perempuan tersebut dari sudut pandang kesalahan yang dibuatnya. Yesus tetap sebagai juru mudi agung bagi sang perempuan yang berdosa, ia diselamatkan.

 

III. Relevansi bagi kita Zaman sekarang ini

          Dalam dunia zaman ini, bisa kita sebut sebagai masa transisi nilai kehidupan begitu mengalami kemorostan dan hampir tidak ada lagi nilai atau harganya.  Orang begitu mudah melakukan tindakan-tindakan yang tidak memberdayakan hidup sesamanya.     Pertanyaan kritis bagi kita ialah, bagaimana kita dapat menghargai kembali sebuah “kehidupan“ dengan merjuk pada tema dan sub tema? Apakah pendekatan dan pendampingan Yesus terhadap masalah dalam cerita ini mempunyai nilai bagi kita sekarang?

IV. Pertanyaan untuk Diskusi

Ø  Apa yang kita rasakan atau alami, jika posisi kita seperti perempuan yang dikisahkan dalam teks ini.

Ø  Berikan sebuah contoh yang di dalamnya mengandung nilai atau makna yang mengandung unsur diskriminatif/ketidakadilan terhadap kaum perempuan, dan dikaitikan dengan tema dan sub tema saat ini.

 

 

 

 

 

 

 

 

MATERI PERWATA  KLASIS GPI PAPUA MIMIKA

MINGGU IV JUNI 2021

 

Tema           :  Allah Mengubah Badai Menjadi Berkat

Sub Tema     : Sauh itu bernama Pengharapan

Bacaan         : Mazmur 43:5

Metode        : Renungan

 

Persekutuan Ibu-ibu yang terkasih !

Mazmur 43 : 5 merupakan satu bagian yang tak terpisahkan di bawah perikop “Kerinduan kepada Allah”. Penulis menggambarkan dalam mazmur 43, tentang situasi dan keadaan pemazmur yang merasa tertekan dengan beratnya kehidupan. Pemazmur, merasakan beban, dan sangat terpuruk dengan proses hidup yg dijalaninya. Namun dalam keterpurukan dan penderitaan itu pemazmur tetap berharap kepada Tuhan. Pemazmur mempercayakan seluruh kehidupannya pada Tuhan, sebab ia yakin bahwa hanya berharap kepada Allah, ia kuat jalani hidup yang penuh dengan pendeditaan.

Persekutuan Ibu-ibu yang terkasih !

Pemazmur meyakini, Allah sebagai sumber keselamatan, sumber terang yang memberikan terang kepadanya, agar ia tidak gelap mata, gelap hati, dan tidak meragukan kesetiaan Allah. Ungkapan mengapa tertekan hai jiwaku, adalah gambaran dari hidup pemazmur dalam hal ini Daud, yang merasa tertekan, terhimpit, dengan dikelilingi oleh para musuh, namun pengalaman iman Daud bersama Allah membuat Daud tidak berputus asa, melainkan ia menaruh pengharapan pada Allah yang diyakini dapat menolongnya. Karena itu Daud berkata, berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepadaNya, penolongku dan Allahku! Seruan Daud ini tidak hanya untuk meyakini dirinya untuk terus berpengharapan pada Allah, tetapi juga mengajak semua orang percaya untuk tidak meragukan kasih setia Allah dalam perjalanan hidup, meski hidup yang dijalani penuh onak dan duri.

 

Persekutuan Ibu-ibu yang terkasih !

Terkadang situasi hidup yang menekan bisa merubah komitmen iman kita, yang tadinya kita rajin beribadah, karena ada masalah kita jadi malas beribadah, yang tadinya hidup penuh sukacita, ketika ada masalah menjadi tidak bersemangat, kecewa, putus asa dan hilang harapan. Mari belajar dari Daud/pemazmur, ia tidak mudah diombang ambingkan oleh masalah. kepercayaannya kuat dan hanya terpaut pada Allah, sebab hanya Allah yang sanggup memulihkan. Berharap kepada Allah tidak mengecewakan. Dan dalam situasi hidup yang berat sekalipun, sebenarnya, Allah membuat kita mengerti, kita diproses, dibentuk, untuk lebih bergantung pada Allah.

Melalui Tema pemberitaan Firman: “Allah mengubah badai jadi berkat” dan sub tema: “Sauh itu bernama Pengharapan”, maka sebagai ibu-ibu, kita diingatkan bahwa, kita adalah penolong, tiang doa dalam keluarga. Jika kita mudah untuk kecewa, putus asa dan hilang harapan, bagaimana kita dapat memainkan peran kita dengan baik dalam keluarga kita ? Mari kita berkaca pada Daud, jika masalah datang dalam kehidupan kita, jika masalah itu sulit untuk dihadapi, tetap labuhkan sauh pengharapan kita kepada Allah. Sebab Dia sanggup dan setia untuk menolong kita kapanpun kita membutuhkanNya.

Posting Komentar

0 Komentar